Thursday, 14 September 2017

Ukuran dan Tebal Standar Kaca Aquarium


Sebagai peminat ikan hias tentu sudah sangat tak asing dengan wadah kaca bernama aquarium. Aquarium sebagai tempat air dimana digunakan untuk tinggal ikan hias peliharaan bisa berbentuk kotak atau bulat/bundar. Untuk menjaga air Aquarium tetap jernih diperlukan pemasangan alat filter, serta dilengkapi dengan beberapa jenis tanaman air lainnya sebagai pelengkap. 

Bahan dasar pembuatan aquarium adalah dari kaca. Bahan transparan ini akan memudahkan dalam mengamati hilir mudiknya ikan hias di dalam aquarium. Bahan dasar dari kaca ini memiliki berbagai jenis dan bahan yang berbeda antara satu dengan yang lain. Pemilihan bahan dasar ini disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis ikan hias peliharaan. Kita dapat membuat berbagai macam bentuk aquarium dan bergagai macam ukuran yang diinginkan.

Sebelum memutuskan untuk membeli ataupun mendesain aquarium sendiri, ada baiknya diketahui terlebih dulu berbagai jenis macam kaca yang biasa digunakan dalam aquarium. Berikut ini adalah beberapa yang harus diperhatikan akan kaca yang digunakan untuk membuat aquarium, baik itu ketebalan dan kepadatan media air yang akan ditampung sangat mempengaruhi tebal dan ukuran anjang lebar dan tinggi aquarium tersebut. Di bawah ini akan digambarkan untuk aquarium yang berbentuk kotak.

Aquarium yang kita gunakan sebaiknya juga memperhatikan segi keamanannya, misalnya kita harus menggunakan kaca dengan ketebalan yang sesuai untuk masing-masing ukurannya. Kaca dengan tebal 5 mm akan lebih aman jika digunakan untuk akuarium sampai dengan ukuran 60 cm, sedangkan kaca dengan tebal 8 mm digunakan untuk akuarium 60 cm – 100 cm, untuk akurium 100 cm keatas tentunya akan digunakan kaca dengan ukuran yang lebih tebal lagi.  Kesalahan yang sering terjadi adalah para pemain awam cenderung menggunakan ketebalan yang sesuai untuk ukurannya, dan akan berujung pada pecahnya kaca aquarium. Kita harus ingat dalam aquascape di dalamnya terdapat batu dan pasir / soil yang akan memberikan tambahan berat pada akuarium kita. 

Nah, ini dia ketebalan kaca yang biasa digunakan agar stabil dan proporsional antara lain :

5mm, 6mm, 8mm, 10mm, 12mm, 15mm, 19mm

Ketebalan kaca yang kami gunakan harus mengunakan standar ketinggian air antara lain ukuran yang digunakan dan ketebalan kaca yang harus digunakan :

Ketebalan kaca 5 mm :
60 x 30 x 35; 70 x 40 x 40; 80 x 40 x 40; 90 x 40 x 40; 100 x 40 x 40

Ketebalan kaca 6 mm :
80 x 50 x 50; 90 x 50 x 50; 100 x 50 x 40; 110 x 50 x 40

Ketebalan kaca 8 mm :
110 x 50 x 50; 120 x 40 x 50; 120 x 50 x 50

Ketebalan kaca 10mm
120 x 60 x 60; 130 x 50 x 60; 140 x 60 x 60; 150 x 50 x 50; 150 x 50 x 60; 150 x 60 x 60

Ketebalan kaca 12mm
150 x 60 x 70; 150 x 70 x 70; 150 x 80 x 70; 150 x 80 x 80; 200 x 60 x 60; 200 x 60 x 70; 200 x 70 x 70; 200 x 80 x 70; 200 x 100 x 40; 200 x 100 x 50; 200 x 100 x 60; 200 x 100 x 70

Ketebalan kaca 15 mm :
200 x 100 x 100; 220 x 100 x 100; 250 x 80 x 80; 250 x 90 x 80; 250 x 100 x 85; 300 x 80 x 80; 300 x 90 x 80; 300 x 100 x 80

Ketebalan kaca 19 mm :
300 x 100 x 100; 300 x 100 x 110; 300 x 120 x 120; 300 x 100 x 120; 350 x 110 x 120

Demikian daftar ukuran standar aquarium yang bisa kita buat untuk mendapatkan hasil yang baik dan aquarium bisa bertahan lama, pantas dan sedap dipandang mata siapa yang melihatnya. 

Sumber : http://aquascapejuara.blogspot.co.id/2016/08/ukuran-dan-bentuk-standar-aquarium.html?m=1

Tuesday, 12 September 2017

Ukuran Pompa Aquarium Ikan : Agar Aquarium Selalu Jernih


Melihat indahnya gerakan ikan di dalam aquarium pasti memberikan relaksasi tersendiri bagi sobat pencinta ikan hias. Bagi pemula yang kurang informasi tentang menjaga kejernihan air dalam aquarium pasti akan mendapati kondisi air dalam aquarium yang keruh, air berwarna kekuningan/kecoklatan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi jernih tidaknya air dalam aquarium dan juga cara perawatan air dalam aquarium. Berikut kami sampaikan faktor yang mempengaruhi kejernihan air dalam aquarium.

1. Air

Karena yang di bahas soal kejernihan air, pastilah faktor utama ada di air. Untuk di daerah yang air alaminya dari sumur timba maupun sumur bor masih banyak menganduk zat kapur sebaiknya jangan mengisi aquarium dari sumur, karena hanya dalam 2-3 hari zat kapur yang terkandung dalam aquarium akan menempel di kaca dan menjadi kerak yang susah untuk di hilangi. Ketika zat kapur sudah menempel di kaca dan mendaji kerak maka pastilah kondisi aquarium tidak jernih lagi karena ketika kita aquarium akan tertutup oleh kerak itu sendiri. Sobat pencinta ikan hias bisa menggunakan air galon/isi ulang atau juga bisa menggunakan air PDAM. Dengan catatan gunakan cairan atau obat anti clorin dan setelah air di isi ke aquarium, pasang filter dan mesinnya kemudian jalankan mesinnya. Ada baiknya kalo Ikan jangan langsung di masukkan ke dalam aquarium tapi tunggu paling tidak antara 6-12 jam. Ini berfungsi untuk menetralkan kadar clorin dalam air serta pH dan kadar oksigen dalam air.

2. Mesin Aquarium

Ukuran water pump atau pompa air juga ikut mempengaruhi kejernihan aquarium. Sebagai contoh sobat pencinta ikan hias menggunakan pompa air yang memiliki kapasitas semburan 800liter/jam untuk aquarium ukuran PxLxT 100x50x50. Pastilah kondisi air akan mudah keruh karena partikel kotoran tidak tersaring sempurna. Jadi sobat pencinta ikan hias harus sesuaikan ukuran aquarium dengan pompa airnya.

-  Aquarium ukuran panjang antara 30-40cm, lebar 20-30cm dan tinggi 20-30cm sebaiknya menggukana mesin dengan kecepatan sekitar 800liter/jam.

- Aquarium ukuran panjang antara 50-60cm, lebar 30-35cm dan tinggi 30-40cm sebaiknya menggukana mesin dengan kecepatan sekitar 1000-1200liter/jam.

- Aquarium ukuran panjang antara 70-90cm, lebar 40-50cm dan tinggi 40-50cm sebaiknya menggukana mesin dengan kecepatan sekitar 1500-2000liter/jam.

- Aquarium ukuran panjang antara 100-150cm, lebar 40-60cm dan tinggi 50-60cm sebaiknya menggukana mesin dengan kecepatan sekitar 2500-2800liter/jam.

3. Filter Aquarium

Untuk filter atau media penyaring kotoran biasanya hanya menggunakan kapas filter yang akhirnya kotoran yang tersaring kurang maksimal. Untuk membuat filter setidaknya sobat pencinta ikan hias gunakan paling tidak 3 bahan untuk menyaring kotoran yang terdiri dari :

-  Kapas filter yang berguna untuk menyaring kotoran, ganti/bersihkan kapas filter setiap seminggu sekali dengan cara di cuci.

- Batu ziolit berfungsi untuk menyerap partikel kotoran amonia yang berbahaya bagi ikan dan menjernihkan air. Masa efektif batu ziolit maksimal 6 bulan, jadi ganti batu ziolit dengan yang baru setelah pemakaian 6 bulan.

- Karbon aktif/arang berfungsi untuk menyerap partikel atau zat yang terkandung di dalam air. Karbon aktif ini menyerap segala partikel atau zat yang terkandung dalam air termasuk vitamin atau obat yang di masukkan ke dalam air, jadi ada baiknya ketika memberikan vitamin ikan atau obat ikan karbon aktif ini di ambil dulu dari media filter.

Aturan penempatannya adalah lapisan pertama atau yang paling bawah gunakan karbon aktif/arang, lapisan kedua batu ziolit dan lapisan ketiga atau yang paling atas kapas filter. Tingkat ketebalan filter juga ikut mempengaruhi kejernihan air.

4. Pakan Ikan

Jangan berlebihan dalam memberikan makanan karena semakin banyak makanan bisa membuat warna air kekuningan. Sesuaikan jumlah pakan dengan ikan yang di pelihara dan cukup diberikan pakan 2 kali sehari. Jika dalam waktu sekitar 5-10 menit masih ada sisa makanan segera ambil makanan yang tersisa karena selain membuat air keruh dan berwarna kekuningan juga bisa menurunkan kualitas air. dengan menurunnya kualitas air akan mengakibatkan ikan tidak sehat.

5. Jumlah ikan

Banyaknya ikan dalam aquarium juga ikut mempengaruhi kejernihan aquarium jadi sesuaikan jumlah ikan dengan ukuran aquarium. 

Bagi sobat pencinta aquarium jangan lupa lakukan perawatan aquarium dengan membersihkan algae yang menempel di kaca setidaknya seminggu sekali atau kalau tidak mau membersihkan algae bisa memberikan ikan seperti sapu-sapu atau ikan jenis algae eater/pemakan algae. Bersihkan juga mesin pompa air, selang/pralon dan media lainnya serta ganti 50-80% air dalam aquarium setiap sebulan.

Sumber : https://ikanhiaskendal.blogspot.co.id/2017/02/agar-aquarium-selalu-jernih.html?m=1

Wednesday, 5 July 2017

Bukan Karena Warisan, Indonesia Tercerai Berai karena Penista Rasis Intoleran (Menganggapi tulisan AFI tentang warisan agama)

Judul : Bukan Karena Warisan, Indonesia Tercerai Berai karena Penista Rasis Intoleran

Sudah seminggu ini bersliweran status yang membahas Afi, anak SMA yang dicitrakan cerdas, berwawasan dan berpikiran terbuka karena tulisannya yang–katanya–mencerahkan mengenai keberagaman.

Aku sebenarnya tidak pengen baca, tapi karena dibahas terus-menerus, akhirnya menyempatkan diri ke TKP. Baca bentar. Manggut-manggut. Lalu geleng-geleng. Lalu putar-putar.

Banyak yang menyebut tulisan itu mencerahkan. Namun bagiku, tulisan itu menyesatkan. Buat yang nggak setuju dengan pendapatku, silakan pakai retorika si Afi, “Jangan merasa paling benar.” Jadi nggak usah ikutan komentar, karena Anda sendiri tidak yakin pendapat Anda benar.

Bukannya meremehkan si Afi maupun yang memuji dia. Tapi, serius, semua argumennya lemah. (Ini pakai bahasa halus. Kalau bahasa kasar, ‘Argumennya ngawur.’)

Ini pendapatku pribadi lho ya. Aku yakin, si Afi tidak akan mempermasalahkan perbedaan pendapat ini. Karena bagaimana pun, dia sendiri nggak merasa (paling) benar. Atau setidaknya dia menganggap pendapat kami (dia dan aku) dua-duanya ada benarnya.

Dia memberi judul tulisannya ‘Warisan.’ Yang dia maksud warisan di sini adalah hal-hal yang nggak bisa dia pilih saat lahir, yaitu ras, suku, dan bangsa. Kacaunya, agama dia masukkan juga dalam kategori tersebut. Malahan, inilah yang jadi pokok/tema opininya: Mengenai agama yang hanya sebatas warisan dari orangtua. Si Anak tak bisa berbuat apapun untuk mengubahnya.

Begitu membaca bagian awal tulisan si Afi, langsung terbersit di benakku, “Jangan-jangan anak ini belum pernah denger ceramahnya Zakir Naik di Youtube.”

Dia ngaku jadi muslim (hanya) karena orangtuanya muslim. Pendapatnya mengenai ketidak-mampuan seseorang untuk berpindah agama terlihat jelas dalam kalimat, “… kita membela sampai mati sesuatu yang tidak pernah kita putuskan sendiri.”

Bagiku, ini pendapat sesat. Oke lah, bakal ada pakar yang nge-bela Afi dengan menyebut berbagai disiplin ilmu, mulai dari humaniora sampai psikologi agama. Membeberkan terton-ton istilah akademis yang bikin njebluk kepala orang ndeso.

Namun buatku yang berpikiran sederhana, adanya muallafin dan murtadin sudah jadi bukti bahwa orang bisa memutuskan sendiri agama yang mau dia anut. Termasuk si Afi. Jadi kalau dia galau karena sudah nge-bela Islam mati-matian, padahal itu bukan agama pilihannya (tapi pilihan ortunya), ya dia selalu punya pilihan untuk murtad. (Atau dia bisa mempelajari Islam lebih dalam untuk memantapkan hati. Semoga Allah memberinya hidayah.)

Janganlah kita suka cari-cari alasan. Menyalahkan keadaan atas apa yang terjadi pada kita. Padahal kita punya kemampuan akal dan kehendak bebas untuk memutuskan apa yang terbaik bagi kita.

Argumen awal yang sudah terpatahkan tadi mengindikasikan kalau bagian-bagian selanjutnya bakal lebih ancur. Dan memang benar itulah yang terjadi.

Agama yang ‘menurutnya’ hanya warisan itu, dia jadikan alasan untuk tidak bersitegang dengan penganut agama lain.

Alasan macam apa itu? Jadi meski ras/bangsa/suku/agamamu ditindas, dinistakan, direndahkan, kamu tidak akan bangkit melawan? Malu dong sama para pahlawan yang sudah berjuang memerdekakan Indonesia, kalau cara pikir penerusnya macam begini; tidak punya loyalitas untuk bela negara/agama/bangsa/negara.

Aku jadi parno, kalau suatu saat Indonesia diserang negara lain, remaja-remaja macam Afi ini akan berkata, “Aku tidak akan bersitegang dengan negara lain. Karena kita semua tidak bisa memutuskan di negara mana kita dilahirkan.” Para veteran perang kemerdekaan yang sudah sepuh-sepuh bisa-bisa bakal tepok jidat melihat tingkah Afi dan sejenisnya.

Lebih lanjut, dia mengajak semua penganut agama agar tak merasa paling benar. Nah, ini retorika sekuler/pluralis paling sakti. Aku sebut sakti, karena banyak yang terjebak.

Padahal jika manusia tidak merasa benar, dia tidak akan mempunyai kekuatan untuk melakukan apapun. Bahkan orang paling sesat pun, memerlukan pembenaran atas perbuatannya. Si Afi pun, mungkin, ketika berpendapat ‘tidak boleh ada yang merasa paling benar’, sebenarnya dia merasa pendapatnya itulah yang paling benar, sehingga dia berinisiatif menuliskannya di medsos.

Pencerahan lain, coba tebak, apakah Rasulullah Muhammad saw merasa dirinya paling benar (sementara orang kafir Quraisy salah) ketika beliau mendakwahkan Islam? Kalau beliau meragukan ke-paling-benaran agamanya sendiri, mana mungkin berkorban sedemikian rupa demi Islam?

Jadi tidak ada yang salah dengan ‘merasa paling benar’. Yang salah adalah orang yang memaksakan kebenaran versinya itu kepada orang lain. Bedakan dua hal ini. Lakum diinukum, wa liya diin.

Nah, ngawurnya si Afi, dia samakan dua hal itu.

Setelah dia bilang ‘jangan merasa paling benar’, dia kemudian lanjut ke ‘bayangkan jika semua orang memaksakan kebenaran versinya masing-masing.’

Artinya, dia menganggap, orang yang merasa benar, otomatis bakal memaksakan kebenarannya itu. Padahal kalau dia mau belajar Islam sedikit lebih jauh, dia bakalan nemu ayat ‘laa ikrooha fiddiin’; nggak ada paksaan dalam beragama. Kalau diajak nggak mau, ya jangan dipaksa.

Mengenai masalah ‘merasa paling benar’ ini, Afi juga mewanti-wanti kita agar tak melabeli orang bakal masuk Surga/Neraka. Biar Tuhan yang melabeli.

Aku heran dengan pendapat ini. Bukankah begitu sejak dulu? Para penganut agama melabeli macem-macem atas petunjuk Tuhan/kitab suci mereka. Jadi yang melabeli bukan manusia, tapi Tuhan mereka.

Aku tahu, menurut pemikiran temanku yang nasrani, aku bakal masuk neraka. Begitu juga sebaliknya. Apakah itu menimbulkan masalah untuk kami? Nggak juga. Kami sama-sama tahu diri untuk menghormati keyakinan masing-masing. Kami berdua sama-sama merasa paling benar, tapi tidak membuat kami bersitegang. Lakum diinukum wa liya diin.

Beda urusannya kalau tiba-tiba salah satu dari kami mulai menista. Inilah latar belakang perselisihan antar agama. Bukan karena masing-masing meng-klaim paling benar, seperti kata Afi.

Jadi tak perlu cerita ke anak cucu kelak, kalau Indonesia pernah hampir tercerai berai karena warisan. Namun berceritalah ke anak cucu kelak, bahwa Indonesia hampir tercerai berai karena munculnya para penista rasis intoleran.

Jangan bilang, “Negara lain sudah pergi ke bulan, kita masih ribut soal agama.” Namun katakan, “Negara lain sudah pergi ke bulan, kita masih ngurusin hukum yang belum sepenuhnya tegak.”

Wa Allahu a’lam

Opik Oman










(1)
Judul : Bukan Karena Warisan, Indonesia Tercerai Berai karena Penista Rasis Intoleran

Sudah seminggu ini bersliweran status yang membahas Afi, anak SMA yang dicitrakan cerdas, berwawasan dan berpikiran terbuka karena tulisannya yang–katanya–mencerahkan mengenai keberagaman.

Aku sebenarnya tidak pengen baca, tapi karena dibahas terus-menerus, akhirnya menyempatkan diri ke TKP. Baca bentar. Manggut-manggut. Lalu geleng-geleng. Lalu putar-putar.

Banyak yang menyebut tulisan itu mencerahkan. Namun bagiku, tulisan itu menyesatkan. Buat yang nggak setuju dengan pendapatku, silakan pakai retorika si Afi, “Jangan merasa paling benar.” Jadi nggak usah ikutan komentar, karena Anda sendiri tidak yakin pendapat Anda benar.

Bukannya meremehkan si Afi maupun yang memuji dia. Tapi, serius, semua argumennya lemah. (Ini pakai bahasa halus. Kalau bahasa kasar, ‘Argumennya ngawur.’)

Ini pendapatku pribadi lho ya. Aku yakin, si Afi tidak akan mempermasalahkan perbedaan pendapat ini. Karena bagaimana pun, dia sendiri nggak merasa (paling) benar. Atau setidaknya dia menganggap pendapat kami (dia dan aku) dua-duanya ada benarnya.

Dia memberi judul tulisannya ‘Warisan.’ Yang dia maksud warisan di sini adalah hal-hal yang nggak bisa dia pilih saat lahir, yaitu ras, suku, dan bangsa. Kacaunya, agama dia masukkan juga dalam kategori tersebut. Malahan, inilah yang jadi pokok/tema opininya: Mengenai agama yang hanya sebatas warisan dari orangtua. Si Anak tak bisa berbuat apapun untuk mengubahnya.

Begitu membaca bagian awal tulisan si Afi, langsung terbersit di benakku, “Jangan-jangan anak ini belum pernah denger ceramahnya Zakir Naik di Youtube.”

Dia ngaku jadi muslim (hanya) karena orangtuanya muslim. Pendapatnya mengenai ketidak-mampuan seseorang untuk berpindah agama terlihat jelas dalam kalimat, “… kita membela sampai mati sesuatu yang tidak pernah kita putuskan sendiri.”

Bagiku, ini pendapat sesat. Oke lah, bakal ada pakar yang nge-bela Afi dengan menyebut berbagai disiplin ilmu, mulai dari humaniora sampai psikologi agama. Membeberkan terton-ton istilah akademis yang bikin njebluk kepala orang ndeso.

(2)
Namun buatku yang berpikiran sederhana, adanya muallafin dan murtadin sudah jadi bukti bahwa orang bisa memutuskan sendiri agama yang mau dia anut. Termasuk si Afi. Jadi kalau dia galau karena sudah nge-bela Islam mati-matian, padahal itu bukan agama pilihannya (tapi pilihan ortunya), ya dia selalu punya pilihan untuk murtad. (Atau dia bisa mempelajari Islam lebih dalam untuk memantapkan hati. Semoga Allah memberinya hidayah.)

Janganlah kita suka cari-cari alasan. Menyalahkan keadaan atas apa yang terjadi pada kita. Padahal kita punya kemampuan akal dan kehendak bebas untuk memutuskan apa yang terbaik bagi kita.

Argumen awal yang sudah terpatahkan tadi mengindikasikan kalau bagian-bagian selanjutnya bakal lebih ancur. Dan memang benar itulah yang terjadi.

Agama yang ‘menurutnya’ hanya warisan itu, dia jadikan alasan untuk tidak bersitegang dengan penganut agama lain.

Alasan macam apa itu? Jadi meski ras/bangsa/suku/agamamu ditindas, dinistakan, direndahkan, kamu tidak akan bangkit melawan? Malu dong sama para pahlawan yang sudah berjuang memerdekakan Indonesia, kalau cara pikir penerusnya macam begini; tidak punya loyalitas untuk bela negara/agama/bangsa/negara.

Aku jadi parno, kalau suatu saat Indonesia diserang negara lain, remaja-remaja macam Afi ini akan berkata, “Aku tidak akan bersitegang dengan negara lain. Karena kita semua tidak bisa memutuskan di negara mana kita dilahirkan.” Para veteran perang kemerdekaan yang sudah sepuh-sepuh bisa-bisa bakal tepok jidat melihat tingkah Afi dan sejenisnya.

Lebih lanjut, dia mengajak semua penganut agama agar tak merasa paling benar. Nah, ini retorika sekuler/pluralis paling sakti. Aku sebut sakti, karena banyak yang terjebak.

Padahal jika manusia tidak merasa benar, dia tidak akan mempunyai kekuatan untuk melakukan apapun. Bahkan orang paling sesat pun, memerlukan pembenaran atas perbuatannya. Si Afi pun, mungkin, ketika berpendapat ‘tidak boleh ada yang merasa paling benar’, sebenarnya dia merasa pendapatnya itulah yang paling benar, sehingga dia berinisiatif menuliskannya di medsos.


(3)
Pencerahan lain, coba tebak, apakah Rasulullah Muhammad saw merasa dirinya paling benar (sementara orang kafir Quraisy salah) ketika beliau mendakwahkan Islam? Kalau beliau meragukan ke-paling-benaran agamanya sendiri, mana mungkin berkorban sedemikian rupa demi Islam?

Jadi tidak ada yang salah dengan ‘merasa paling benar’. Yang salah adalah orang yang memaksakan kebenaran versinya itu kepada orang lain. Bedakan dua hal ini. Lakum diinukum, wa liya diin.

Nah, ngawurnya si Afi, dia samakan dua hal itu.

Setelah dia bilang ‘jangan merasa paling benar’, dia kemudian lanjut ke ‘bayangkan jika semua orang memaksakan kebenaran versinya masing-masing.’

Artinya, dia menganggap, orang yang merasa benar, otomatis bakal memaksakan kebenarannya itu. Padahal kalau dia mau belajar Islam sedikit lebih jauh, dia bakalan nemu ayat ‘laa ikrooha fiddiin’; nggak ada paksaan dalam beragama. Kalau diajak nggak mau, ya jangan dipaksa.

Mengenai masalah ‘merasa paling benar’ ini, Afi juga mewanti-wanti kita agar tak melabeli orang bakal masuk Surga/Neraka. Biar Tuhan yang melabeli.

Aku heran dengan pendapat ini. Bukankah begitu sejak dulu? Para penganut agama melabeli macem-macem atas petunjuk Tuhan/kitab suci mereka. Jadi yang melabeli bukan manusia, tapi Tuhan mereka.

Aku tahu, menurut pemikiran temanku yang nasrani, aku bakal masuk neraka. Begitu juga sebaliknya. Apakah itu menimbulkan masalah untuk kami? Nggak juga. Kami sama-sama tahu diri untuk menghormati keyakinan masing-masing. Kami berdua sama-sama merasa paling benar, tapi tidak membuat kami bersitegang. Lakum diinukum wa liya diin.

Beda urusannya kalau tiba-tiba salah satu dari kami mulai menista. Inilah latar belakang perselisihan antar agama. Bukan karena masing-masing meng-klaim paling benar, seperti kata Afi.

Jadi tak perlu cerita ke anak cucu kelak, kalau Indonesia pernah hampir tercerai berai karena warisan. Namun berceritalah ke anak cucu kelak, bahwa Indonesia hampir tercerai berai karena munculnya para penista rasis intoleran.

Jangan bilang, “Negara lain sudah pergi ke bulan, kita masih ribut soal agama.” Namun katakan, “Negara lain sudah pergi ke bulan, kita masih ngurusin hukum yang belum sepenuhnya tegak.”

Wa Allahu a’lam

Opik Oman

Tuesday, 4 July 2017

Berselisih

1. Kalau berselisih dengan pelanggan... walaupun kita menang... Pelanggan tetap akan lari... 

2. Kalau berselisih dengan rekan sekerja... Walaupun kita menang...  Tiada lagi semangat bekerja dalam tim... 

3. Kalau  berselisih dengan boss...  Walaupun kita menang...  Tiada lagi masa depan di tempat itu... 

4. Kalau berselisih dengan keluarga...  Walaupun kita menang... Hubungan kekeluargaan akan renggang... 

5. Kalau berselisih dengan teman...  Walaupun kita menang...  Yang pasti kita akan kekurangan teman... 

6. Kalau berselisih dengan pasangan...  Walaupun kita menang...  Perasaan sayang pasti akan berkurang... 

7. Kalau berselisih dengan siapapun...  Walaupun kita menang...  Pada prinsipnya kita kalah... 
*Yang menang, hanya EGO DIRI SENDIRI  Yang tinggi dan naik adalah EMOSI......* 
*Yang jatuh adalah CITRA dan JATI DIRI KITA SENDIRI.....*
Tidak ada artinya kita menang dalam perselisihan... 

*Apabila menerima teguran, tidak usah terus melenting atau berkelit, bersyukurlah, masih ada yang mau menegur kesalahan kita...  Berarti masih ada orang yang memperhatikan kita...* 

Jaga selalu kekompakan dalam kebersamaan... Jaga lisan, perbuatan dan tulisan agar tidak ada hati yang tersakiti. 

*Semoga kita semua selalu dapat menjaga Ego dan Emosi, Dan selalu menjadi manusia yang pandai bersyukur...* *Aamiin........* 
Semoga bermanfaat.
            ��❤��

Saturday, 11 February 2017

JADILAH APARAT YANG SADAR AKHIRAT

Jadilah aparat yang sadar akhirat…
Yang sadar bahwa hidup tidak sekali. Kita akan mengalami kematian dan menjalani kehidupan kedua untuk menghadap Allah Yang Maha Mengetahui…
Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS. al-Jumu’ah: 8)

Jadilah aparat yang sadar akhirat…
Yang sadar bahwa Allah menyaksikan semua yang kita perbuat. Dia mencatat semuanya, meskipun berjuta maksiat, kita melupakannya.
“Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu” (QS. al-Mujadilah: 6)

Jadilah aparat yang sadar akhirat…
Yang sadar bahwa semua yang kita lakukan akan dihisab oleh Allah… Dia akan menampakkan semua yang pernah kita lakukan, yang besar maupun yang kecil…
"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula" (QS. az-Zalzalah: 7-8)

Jadilah aparat yang sadar akhirat…
Yang sadar bahwa jabatan adalah amanah dari umat. Dan Allah perintahkan agar amanah itu ditunaikan dengan benar… termasuk memberikan keputusan sesuai prinsip keadilan…
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.” (QS. an-Nisa: 58)

Jadilah aparat yang sadar akhirat…
Yang sadar bahwa semua harta dan jabatan sama sekali tidak bisa memberi pembelaan kepada siapapun di depan pengadilan Allah. Saat ini anda bisa merasa paling kuat, punya banyak pembela. Namun itu semua tidak ada artinya di hari kiamat,
"Di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih…" (QS. as-Syu’ara: 88 – 89)

Jadilah aparat yang sadar akhirat…
Yang sadar bahwa Allah tidak akan melupakan semua tindak kedzaliman. Kita bisa merasa aman di dunia ketika punya jabatan dan tidak ada yang berani memberi hukuman. Tapi Allah tidak akan pernah melupakannya…
"Janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak" (QS. Ibrahim: 42)

Jadilah aparat yang sadar akhirat…
Yang sadar bahwa di hari kiamat kelak ada orang yang bangkrut karena memikul dosa setiap orang yang pernah dia dzalimi. Atau dia berikan pahala amal soleh yang pernah dia lakukan, kepada orang yang dia dzalimi. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut?”
Para shahabat pun menjawab, ”Orang yang bangkrut adalah orang yang tidak memiliki uang dirham maupun harta benda.”
Beliau menimpali, ”Sesungguhnya orang yang bangkrut di kalangan umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat, sementara dia pernah menghina si A, menuduh si B, mengambil harta si C, menumpahkan darah si D, dan memukul si E. Maka kelak pahala-pahalanya akan diberikan kepada orang yang terzalimi. Apabila amalan kebaikannya sudah habis, sementara belum selesai pembalasan tindak kezalimannya, maka diambillah dosa-dosa orang yang terzalimi itu, lalu diberikan kepadanya. Kemudian dia pun dicampakkan ke dalam neraka” (HR. Muslim 2581)

Jadilah aparat yang sadar akhirat…
Yang sadar bahwa setiap harta khianat (ghulul) akan didatangkan di hari kiamat, dipikul oleh orang yang mengambilnya, hingga selesai hisab…
“Barangsiapa yang mengambil harta khianat, maka pada hari kiamat dia akan datang membawa harta hasil khianat itu. Kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang dia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak didzalimi” (QS. Ali Imran: 161)

Jadilah aparat yang sadar akhirat…
Yang sadar bahwa yang menyusahkan orang lain karena jabatannya, didoakan keburukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan mendapatkan kesusahan selama hidupnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan,
"Ya Allah, siapapun diantara umatku yang menjadi pemimpin, lalu dia menyusahkan rakyatnya, maka berikan kesusahan baginya. Dan siapa yang menjadi pemimpin, lalu berusaha bersikap lembut dan memudahkan rakyatnya, maka mudahka hidupnya" (HR. Ahmad 24623 dan Muslim 4826)

Jadilah aparat yang sadar akhirat…
Yang sadar bahwa menipu rakyat adalah ancaman ditolak dari surga. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
"Setiap hamba yang Allah beri kesempatan untuk memimpin rakyat, kemudian dia mati membawa dosa pernah menipu rakyatnya, maka Allah akan haramkan dia masuk surga" (HR. Muslim 380 dan Ibnu Hibban 4495)

Jadilah aparat yang sadar akhirat…
Yang sadar bahwa setiap setiap upaya mencari kesalahan orang lain adalah sangat tercela. Siapa yang mencari-cari kesalahan orang lain, Allah akan mempermalukan dirinya di hadapan umum. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
"Siapa yang mencari-cari kesalahan saudaranya muslim, maka Allah akan mencari-cari kesalahannya. Dan siapa yang Allah cari kesalahannya akan Dia permalukan meskipun dia bersembunyi di tengah rumahnya" (HR. Turmudzi 2164 dan dishahihkan al-Albani)

Jadilah aparat yang sadar akhirat…
Yang sadar bahwa setiap suap adalah laknat. Uang tips adalah laknat. Amplop pelicin adalah laknat…
Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat orang yang menyuap dan yang menerima suap" (HR. Ahmad 6532, Turmudzi 1387 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth)

Jadilah aparat yang sadar akhirat…
Yang sadar bahwa diantara orang jelek di hari kiamat adalah orang yang ditakuti orang lain karena kejahatannya. Bisa jadi ada rakyat yang takut kepada anda, karena mereka khawatir anda akan mendzalimi mereka. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
"Sesungguhnya manusia yang kedudukannya paling jelek di sisi Allah pada hari kiamat adalah orang yang dijauhi masyarakat, karena takut dengan kejahatannya" (HR. Bukhari 6032)

Menjadi pemimpin yang baik memang perjuangan berat… namun tidak ada kata menyerah bagi pemimpin muslim. Allah janjikan mereka dengan naungan di hari kiamat… Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
"Ada 7 golongan yang akan dinaungi oleh Allah pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan darinya. [1] Pemimpin yang adil, [2] pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Rabnya…" (HR. Bukhari 660, Muslim 2427 dan yang lainnya).

Semoga Allah mempertemukan kita di surga… amin.

Ust. Ammi Nur Baits
  konsultasisyariah.com

Thursday, 9 February 2017

Benarkah Allah SWT tidak menghukum kita ketika kita bermaksiat ?

Assalamu 'alaikum

Sahabat Dakwah

Benarkah Allah subhanahu wata'ala tidak menghukum kita ketika kita bermaksiat??

ﻗﺎﻝ أﺣﺪ ﺍﻟﻄﻼﺏ ﻟﺸﻴﺨﻪ :
ﻛﻢ ﻧﻌﺼﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻻ ﻳﻌﺎﻗﺒﻨﺎ ..

Seorang santri bertanya kepada guru nya:

Berapa kali kita bermaksiat kepada Allah سبحانه وتعالى  dan Dia tidak menghukum kita???

ﻓﺮﺩ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺸﻴﺦ :

Maka sang guru pun menjawab :

ﻛﻢ ﻳﻌﺎﻗﺒﻚ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺃﻧﺖ ﻻ ﺗﺪﺭﻱ .. ﺃﻟﻢ ﻳﺴﻠﺒﻚ ﺣﻼﻭﺓ ﻣﻨﺎﺟﺎﺗﻪ .. ﻭﻣﺎ ﺍبتلى أﺣﺪ ﺑﻤﺼﻴﺒﺔ ﺃﻋﻈﻢ ﻋﻠﻴﻪ ﻣﻦ ﻗﺴﻮﺓ ﻗﻠﺒﻪ ..

Berapa kali Allah subhanahu wata'ala telah menghukummu namun kamu tidak mengetahuinya?

Bukankah ketika dihilangkannya dari dirimu akan rasa ni'mat bermunajat kepada-Nya adalah merupakan sebuah hukuman?
Dan tidak ada musibah yang lebih besar menimpa seseorang lebih dari kerasnya hati...

إﻥ أﻋﻈﻢ ﻋﻘﺎﺏ ﻣﻤﻜﻦ أﻥ ﺗﺘﻠﻘﺎﻩ ﻫﻮ ﻗﻠﺔ ﺍﻟﺘﻮﻓﻴﻖ إﻟﻰ أﻋﻤﺎﻝ ﺍﻟﺨﻴﺮ ..

Sesungguhnya hukuman yang paling besar yang mungkin kamu temui adalah sedikitnya taufik kepada perbuatan baik...

أﻟﻢ ﺗﻤﺮ ﻋﻠﻴﻚ ﺍلأﻳﺎﻡ ﺩﻭﻥ ﻗﺮﺍﺀﺓ القرآﻥ ..

Bukankah telah berlalu nya hari-harimu tanpa bacaan Al Quran?  (itu adalah sebuah hukuman)

أﻟﻢ ﺗﻤﺮ ﻋﻠﻴﻚ ﺍﻟﻠﻴﺎﻟﻲ ﺍﻟﻄﻮﺍﻝ ﻭﺃﻧﺖ ﻣﺤﺮﻭﻡ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﻴﺎﻡ ..

Bukankah telah berlalu malam malam yang panjang sedangkan engkau terhalang dari shalat malam?  (itu juga adalah sebuah hukuman)

أﻟﻢ ﺗﻤﺮ ﻋﻠﻴﻚ ﻣﻮﺍﺳﻢ ﺍﻟﺨﻴﺮ .. ﺭﻣﻀﺎﻥ .. ﺳﺖ ﺷﻮﺍﻝ .. ﻋﺸﺮ ﺫﻱ ﺍﻟﺤﺠﺔ .. ﺍﻟﺦ ﻭﻟﻢ ﺗﻮﻓﻖ إﻟﻰ ﺍﺳﺘﻐﻼﻟﻬﺎ ﻛﻤﺎ ﻳﻨﺒﻐﻲ .. أﻱ ﻋﻘﺎﺏ أﻛﺜﺮ ﻣﻦ ﻫﺬﺍ ؟

Bukankah telah berlalu musim-musim kebaikan, Ramadhan, enam hari syawwal, sepuluh hari dzulhijjah, dan lainnya..., sedangkan engkau tidak mendapatkan taufik untuk memanfaatkannya sebagaimana mestinya... hukuman manalagi yang lebih banyak dari ini...?

أﻻ ﺗﺤﺲ ﺑﺜﻘﻞ ﺍﻟﻄﺎﻋﺎﺕ ..

Tidakkah engkau merasakan beratnya ketaatan?

أﻻ ﺗﺤﺲ ﺑﻀﻌﻒ أﻣﺎﻡ ﺍﻟﻬﻮﻯ ﻭﺍﻟﺸﻬﻮﺍﺕ ..

Tidakkah engkau merasa lemah dihadapan hawa nafsu dan syahwat?

أﻟﻢ ﺗﺒﺘﻠﻰ ﺑﺤﺐ ﺍﻟﻤﺎﻝ ﻭﺍﻟﺠﺎﻩ ﻭﺍﻟﺸﻬﺮة ..

Bukankah engkau sedang diuji dengan cinta harta, kedudukan, dan popularitas..?

ﺃﻱ ﻋﻘﺎﺏ أﻛﺜﺮ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ..

Hukuman mana yang lebih banyak dari itu?

أﻟﻢ ﺗﺴﻬﻞ ﻋﻠﻴﻚ ﺍﻟﻐﻴﺒﺔ ﻭﺍﻟﻨﻤﻴﻤﺔ ﻭﺍﻟﻜﺬﺏ ..

Bukankah engkau merasa ringan untuk berghibah, namimah dan dusta..?

أﻟﻢ ﻳﺸﻐﻠﻚ ﺑﺎﻟﻔﻀﻮﻝ ﻭﺍﻟﺘﺪﺧﻞ ﻓﻴﻤﺎ ﻻ ﻳﻌﻨﻴﻚ ..

Bukankah engkau tersibukkan untuk campur tangan pada hal yang tidak bermanfaat untukmu..?

أﻟﻢ ﻳﻨﺴﻴﻚ ﺍﻵﺧﺮﺓ ﻭﻳﺠﻌﻞ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ أﻛﺒﺮ ﻫﻤﻚ ..

Bukankah dengan engkau melupakan akhirat menjadikan dunia sebagai tujuan utamamu?

ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺨﺬﻻﻥ ﻣﺎ ﻫﻮ إﻻ ﺻﻮﺭ ﻣﻦ ﻋﻘﺎﺏ ﺍﻟﻠﻪ ..

Tipuan ini tidak lain kecuali bentuk hukuman dari Allah...

# ﺇﺣﺬﺭ ﻳﺎ ﺑﻨﻲ ﻓﺎﻥ أﻫﻮﻥ ﻋﻘﺎﺏ ﻟﻠﻪ ﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﻣﺤﺴﻮﺳﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺎﻝ ﺃﻭ ﺍﻟﻮﻟﺪ ﺃﻭ ﺍﻟﺼﺤﺔ ..

Hati-hatilah anakku, sesungguhnya hukuman Allah yang paling ringan adalah yang terletak pada materi, harta, anak, kesehatan ...

ﻭإﻥ أﻋﻈﻢ ﻋﻘﺎﺏ ﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﻘﻠﺐ ..

Dan sesungguhnya hukuman terbesar adalah yang ada pada hati...

ﻓﺎﺳﺄﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﻌﺎﻓﻴﺔ ﻭﺍﺳﺘﻐﻔﺮ ﻟﺬﻧﺒﻚ ..

Maka, mintalah keselamatan kepada Allah, dan mintalah ampunan untuk dosamu...

فإﻥ ﺍﻟﻌﺒﺪ ﻳﺤﺮﻡ ﺍﻟﺘﻮﻓﻴﻖ ﻟﻠﻄﺎﻋﺎﺕ ﺑﺴﺒﺐ ﺍﻟﺬﻧﺐ ﻳﺼﻴﺒﻪ

Karena sesungguhnya seorang hamba yang diharamkan taufik untuk melakukan ketaatan karena sebab dosa yang menimpanya....    

                    
Ternyata hukuman Allah yang terberat itu bukanlah hanya ketika kita kehilangan materi, harta dan jabatan, tetapi hukuman yang terberat dari Allah itu adalah ketika Allah subhanahu wata'ala telah menutup diri kita untuk dapat berbuat dan melakukan kebaikan-kebaikan. 
  
Semoga bermanfaat..
Radio fajri fm 99.3 FM
www.fajrifm.com

Monday, 23 January 2017

Ayo ! Ajak Anak Jalan-jalan !

Jalan-jalanlah. Menabunglah khusus untuk jalan-jalan. Tidak perlu jauh. Apalagi keluar negeri. Indonesia punya banyak sekali objek wisata yang bisa didatangi.

Ibu saya suka sekali jalan-jalan. Sebelum usia saya 5th, masyallah tabarakallah saya sudah menikmati pelangi di Hawaii, Disneyland di los angeles, berfoto dengan Merlion-nya singapura, sudah berlarian di kaki-kaki Eiffel, nengok fir’aun dari dalam pyramid, melihat kota miniature di Swiss, mampir ke Vienna, singgah di Belgi, mencium tulip asli di Belanda, menyaksikan pertunjukan buaya di perternakannya di Thailand, dan tentunya mengelilingi baitullah.

Ibu saya, kalau punya uang sedikit, mikirnya ‘ayo.. kita mau kemana’. Liburan panjang selalu di isi jalan-jalan. Nggak punya uang naik pesawat, naik kereta. Nggak punya uang naik kereta, naik mobil. Saya ingat ketika kami berhari-hari bermobil melintasi keseluruhan pulau Sumatra untuk sampai ke aceh. Gedean dikit, kami berhari-hari juga di mobil untuk naik dari florida ke new York untuk melihat Niagara falls. Di perjalanan kami berhenti ke pabrik coca cola, melihat restoran pertama kolonel sander’s nya KFC, rumahnya Elvis Presley dan masjid pertama dan tertua di amerika. Kaya? Boro-boro. Ibu saya memasak bertahun-tahun, menjaga puluhan bayi, ngosrek kamar mandi, terima jaitan. Tidak dari uang gaji kerja kantoran.

Memberikan anak-anak mainan, tidak akan diingat, yang ada baru 3 hari bosan, dan 3 minggu berikutnya sudah rusak. Tapi mengajak anak jalan-jalan, kenangan nya akan lebih membekas, ia akan ingat sampai lama. Belum lagi biasanya kan diabadikan dengan foto, memorinya akan dibagikannya ke anak-anaknya, dan anak-anaknya anaknya kelak. Hadiah yang bertahan seumur hidup dalam bentuk cerita.

Cara mengasuh itu diturun-temurunkan jadi saya pun kini demikian dan anak-anak saya sangat menyukainya. Tidak perlu ke berlin, ke kota di pulau sebelah pun cukup. Dengan jalan-jalan kita menambah ilmu, wawasan dan pengalaman, dan itu mengayakan jiwa. Nikmati makanan setempat, lihat apa yang menjadi ciri khas budayanya. Perjalanan singkat kami ke Palembang 2 bulan lalu memberikan banyak sekali pengalaman ke anak-anak. Dari airport saja, kita sudah bisa bercerita tentang Sultan Mahmud Badaruddin. Trip ke stadium jakabaring membuka diskusi dari topik Asean games sampai ke bahasan korupsi. Kami juga mengunjungi museum quran raksasa di sana. Yang per lembarnya di pahat di kayu-kayu besar 3 kali pintu biasa. Sisanya? Melintasi jembatan ampera saja mereka sudah gembira, apalagi kalau berkesempatan menikmatinya dari resto pinggir sungai untuk view malam yang indah. Mereka makan mpek-mpek berkali-kali sehari, sudah seperti nasi saja. Belum lagi mengagumi pembangunan LRT yang jauh lebih maju dan cepat dari Jakarta. Dari satu objek wisata ke objek wisata berikutnya, ayahnya menceritakan tentang kerajaan sriwijaya, yang karena tumbuh di luar, saya pun tidak mengetahuinya.

Objek wisata yang TIDAK di kunjungi saja bisa jadi pelajaran. Kami jadi bisa menjelaskan kenapa kita tidak mengunjungi pulau kemaro yang ada pagoda nya, dengan harapan semoga ketika mereka dewasa dan berkelana tanpa kami nanti, mereka juga tidak mendatangi rumah peribadatan agama lain yang masih aktif digunakan. Kami mencoba mie celor yang ternyata tidak cocok di lidah. Mereka berkesempatan juga shalat jumat di masjid cheng hoo, dan mama nya jadi terpaksa meng-google tentang kaisar cina itu agar bisa bercerita. Disela-sela waktu, saya pun sempat bersilaturrahmi dan bertemu dengan teman-teman grup wa yang ada disana. Kami di Palembang cuma 50 jam saja, tapi pengalaman bagi saya dan anak-anak sudah sungguh luar biasa

Berjalan-jalanlah. Terutama jika anak anda sudah lebih dari 7th usia. makan pagi di finland dan makan siang di maladewa. shalat ashar di sabang dan isya di surabaya. jalan-jalanlah. tidak perlu ke raja ampat, garut juga menawarkan kenikmatan alam tiada tara. main air, naik gunung, masuki gua. rasakan wisata lidah beragam rupa. Nikmati bumi allah yang luas ini sebelum tutup usia. Jalan-jalanlah. Kenangan yang anda tinggal pada anak-anak dengan membawanya berkelana, jauh lebih berharga dari mainan yang sering anda belikan untuk mereka…dan akan bertahan jauh lebih lama.

“Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan, supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu (Q.S 71:19-20)

“Dunia ini bagaikan buku raksasa. Dan mereka yang tidak melakukan perjalanan, hanya membaca satu halaman saja” -St. Agustine

Sumber : Sarra Risman (telegram sahabat ayah)